Perkembangan
Yayasan Al-Ittihad semakin pesat. Hal ini ditandai dengan terus
meningkatnya jumlah siswa, baik di MTs dan MA Al-Ittihad. Tentu saja,
hal tersebut berimbas positif terhadap asrama Al-Ittihad, termasuk Panti
Asuhan Al-Ikhlas. Maka, pada tahun 1989, dengan restu semua pihak K.H. Abdullah Hasan selaku
pengasuh, pengurus, sekaligus putra H. Rusydi mendeklarasikan
berdirinya Pondok Pesantren Putri Al-Ittihad (saat itu bernama: Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadien). Deklarasi tersebut
dilakukan pada saat upacara bendera hari Senin. Pada saat deklarasi
tersebut, K.H. Abdullah Hasan yang termasuk santri kesayangan Mbah Kyai Mahrus
Lirboyo Kediri ini menyampaikan bahwa Pondok Pesantren ini akan
berafiliasi pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in/Mubtadi’at Lirboyo Kediri. Tentu saja, deklarasi itu didahului dengan pertemuan-pertemuan antarpengurus dan sejumlah tokoh masyarakat.
B. Sejarah Yayasan Al Ittihad
Yayasan Al-Ittihad didirikan dan dibiayai oleh H. Rusydi pada tahun 1979.
H. Rusydi adalah seorang petani sukses-kaya, dermawan, dan sangat
peduli terhadap keagamaan dan pendidikan. Sebelum mendirikan Yayasan
Al-Ittihad, H. Rusydi telah mendirikan beberapa sekolah dan masjid di
beberapa desa bersama masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Pada tahun 1978, beliau mengumpulkan tiga putra-putrinya dan beberapa
keluarga serta mengundang tokoh-tokoh masyarakat desa Belung dan
kecamatan Poncokusumo. H. Rusydi menyampaikan cita-citanya untuk
mengembangkan keagamaan dan pendidikan di kecamatan Poncokusumo dengan
mendirikan Yayasan Al-Ittihad. Cita-cita itu disambut dengan gembira dan
semangat, apalagi di kecamatan Poncokusumo belum ada sekolah tingkat
lanjut yang bernafaskan Islam. Pada 1979 berdirilah Yayasan Al-Ittihad
dengan satu unit sekolah formal, Madrasah Tsanawiyah Al-Ittihad. Ahmad Nawawi sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah yang pertama.
Pengurus yayasan memikirkan kelanjutan siswa setelah tingkat
tsanawiyah, maka hampir tiga tahun kemudian, yakni tahun 1982, Yayasan
Al-Ittihad mendirikan Madrasah Aliyah Al-Ittihad, dan Moh. Amin sebagai
Kepala Madrasah Aliyah yang pertama. Untuk menunjang kegiatan ini,
didirikan pula asrama untuk siswa-siswinya. Asrama inilah cikal bakal
pondok pesantren Al-Ittihad.
Sebagian masyarakat sekitar banyak kurang beruntung dalam hal
ekonomi, namun bersemangat tinggi dalam pendidikan. Merespons hal itu,
H. Rusydi bersama pengurus mendirikan panti asuhan yatim piatu dan anak
keluarga tidak mampu. Pada tahun 1987, berdirilah Panti Asuhan Al-Ikhlas.
Untuk menunjang keberhasilan program pesantren, H. Rusydi bersama putranya, K.H. Abdullah Hasan sowan
ke pesantren-pesantren besar di Jawa Timur guna mencari guru pondok.
Beliau berdua mendatangkan ustadz-ustadzat dari pesantren-pesantren dari
seputar Malang, Lirboyo hingga Bangil-Pasuruan. Ustadz-ustad tersebut
bertugas membantu Pengasuh (K.H. Abdullah Hasan) dan
pengurus Yayasan Al-Ittihad mengembangkan pendidikan pesantren
Al-Ittihad. Saat ini, ponpes Al-Ittihad telah berkembang dengan baik,
telah menjadi mitra masyarakat. Mereka berperan aktif dalam pembenahan,
perbaikan, dan pendidikan masyarakat sekitarnya.
Adapun pondok pesantren Al-Ittihad putra, yang bermula dari Panti
Asuhan Al-Ikhlas dan siswa sekolah formal yang diasramakan dengan
pengajian terbatas pada seputar Al-Qur’an dan tajwid, baru
dideklarasikan sebagai pesantren selang beberapa tahun dari pondok
putri.
Istilah
asrama berlangsung hingga tahun 1991. Seiring makin bertambahnya
anak-anak asrama, KH. Abdullah Hasan selaku pengasuh memandang perlu
mendatangkan guru asrama yang membantunya menangani anak-anak. Terlebih
lagi guru yang ada silih berganti karena berkeluarga; Handoyo, BA digantikan oleh Drs. Rudi Joko Sampurno (M. Ali MAkky) yang menghuni asrama kurang dari satu tahun karena segera berkeluarga pula.
27 Desember 1990, pengasuh membawa serta seorang alumni PP. Al-Khoirot
Gondanglegi (kini masuk Kec. Pagelaran) untuk ‘diasramakan’ bersama
Drs. Rudi Joko Sampurno yang – sekitar 4 bulan kemudian – beliau
menikah. Untuk membantu guru asrama yang masih baru serta menggantikan
Drs. Rudi JS, maka beberapa bulan kemudian pengasuh mendatangkan ustadz
dari PPS. Pasuruan, Ustadz Syuaib, hanya bertahan satu minggu. Kemudian dimintakan gantinya dan didapatkan Ustadz Masykur Hafidz.
Semenjak saat itu sistem pengajian dibenahi sesuai tradisi pesantren dan dibagi menjadi 2 kelas diniyah bernama MID Hidayatul Mubtadiien.
Penghuni asrama semakin bertambah-tambah seiring pendeklarasiannya
sebagai Pondok Pesantren Al-Ittihad. Th. 1996, KH. Abdullah Hasan
memberikan mandat untuk membantu mengasuh pondok putra kepada Ustadz
Masykur Hafidh.
Saat ini, Yayasan Al-Ittihad, terutama MTs dan MA Al-Ittihad
merupakan salah satu sekolah terbaik di tingkat Jatim. Berbagai prestasi
telah diraih, baik dalam kegiatan kesiswaan, pendidikan, maupun tingkat
sekolah. Status DISAMAKAN telah lama disandang, dan berlanjut pada
status terakreditasi “A”.
H. Rusdi, bapak Al Ittihad, telah dipanggil Allah SWT pada 19 Januari 2006.
Yayasan Al-Ittihad tidak hanya kehilangan sosok/figur, tetapi juga
donatur utama. Untuk melanjutkan cita-cita beliau, istri H. Rusdi, yakni
Hj. Rukayah dengan ghirah juangnya meneruskan pembangunan Al-Ittihad. Pada tahun 2007, Hj. Ruqayah bersama pengurus dan putra-putrinya mendirikan Yayasan Wakaf.
Yayasan Wakaf ini didirikan dengan maksud awal mewakafkan sebagian
harta H.Rusdi-Hj. Ruqayah untuk kelanjutan Yayasan Al-Ittihad. Hj.
Ruqayah selaku waqif, menunjuk K.H. Abdullah Hasan sebagai pengurus Yayasan Wakaf (nadhir) yang diberi nama Yayasan Wakaf Sabilul Khoirot. Yayasan ini terus berusaha maju mengembangkan pendidikan dan keagamaan (Islam).[]
Sumber : Al-Ittihad2008
Sumber : Al-Ittihad2008
0 komentar:
Posting Komentar